Rabu, 14 Mei 2008

Takut Dilihat Ayah, Sienna Miller Ogah Bugil

Takut Dilihat Ayah, Sienna Miller Ogah Bugil


Menilik seringnya buka-buka baju di film, beradegan bugil nampaknya sudah biasa bagi Sienna Miller. Namun menurut pengakuan aktris ini ternyata tidak semudah itu. Sienna sebenarnya benci melucuti busana di depan kamera, pasalnya ia tak tahan memikirkan ayahnya akan melihatnya telanjang.

Bintang berambut pirang ini mengaku sangat khawatir soal ayah tercintanya yang menyaksikan adegan seronoknya. Bahkan, Sienna mengingatkan sang ayah untuk menutup matanya saat dia tampil tanpa busana.

"Aku jadi malu, khususnya jika ayahku melihatnya. Aku malu melihat itu adalah diriku. Tapi kadang Anda memang harus melakukannya," ungkap mantan tunangan Jude Law ini.

Aktris asal Inggris ini juga bersikukuh untuk tampil realistik dalam adegan seks dengan menolak memakai bra di tepat tidur. "Harus jadi nyata dan kukira sangat jarang orang bercinta dengan tetap mengenakan bra, jadi jika Anda ingin melakukannya, lakukanlah. Itu motoku," tambahnya.

Pesiar ke Pecinan Glodok Jakarta



Jakarta meski telah menjelma menjadi kota metropolitan dengan gedung pencakar langit serta sarana transportasi modern ternyata hingga kini masih menyimpan peninggalan sejarah, yaitu berupa bangunan kuno berikut adat istiadat dan budaya yang kental dengan pengaruh Tionghoa-nya yang dapat kita jumpai di Pecinan Glodok.

Sisi kota tua Jakarta ini terdiri dari belasan gedung perkantoran, pemukiman yang mayoritas dihuni WNI keturunan Tionghoa dan bangunan tua peninggalan Belanda yang kemudian dijadikan museum oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Beberapa bangunan di kota tua Jakarta yang kini dijadikan museum antara lain Museum Sejarah Jakarta, Museum Bahari, Museum Wayang dan Museum Fatahillah.

Bagi para pelancong lokal maupun mancanegara yang berwisata di kota tua ini dapat memberikan pengalaman tersendiri seolah kembali ke masa silam. Namun, dalam perjalanan waktu kini bangunan-bangunan tua di kawasan kota tua Jakarta itu berada dalam kondisi merana dan nyaris tidak terawat.

Hal ini akhirnya disadari oleh Pemerintah DKI yang mulai melakukan program revitalisasi kota tua Jakarta yang telah dicanangkan pada awal tahun 1990-an. Masyarakat pemilik gedung dapat tetap memanfaatkan bangunannya sejauh mematuhi ketentuan undang-undang dan SK gubernur tersebut yang diatur lengkap dalam Perda 9 tahun 1999 mengenai pemanfaatan lingkungan bangunan bersejarah.


Memang sangat jelas tanpa peran serta masyarakat, program yang bertujuan memelihara lingkungan bangunan bersejarah dan sekaligus menghidupkan kembali ekonomi kawasan tersebut itu, sulit mencapai sasaran.

Pecinan Jakarta dari Glodok Hingga Beos

Perjalanan menyusuri kota Jakarta Tempoe Doeloe dimulai dari kawasan Pecinan yang populer dengan sebutan Petak Sembilan serta Pancoran Glodok yang sejak berabad lalu memang merupakan pusat perniagaan yang terus bertahan hingga kini.

Meski Pemprov Jakarta telah beberapa kali melakukan penataan kawasan tersebut namun pemerintah daerah meminta agar bangunan-bangunan toko disana yang kental dengan arsitektur Cina tetap dipertahankan dengan tidak mengubah bentuk bangunan yang ada.

Hal itu terlihat di kawasan Glodok Pancoran misalnya dapat ditemui jejeran toko barang pecah belah hingga makanan kering yang merupakan bangunan lama berarsitektur Cina. Beberapa toko seperti Gloria yang telah berusia lebih dari 30 tahun dan toko Kawi, selain mencantumkan tahun berdirinya toko seperti sejak 1964 pada papan merek toko juga masih mempertahankan penataan barang dagangan dengan gaya zaman dulu yakni masih meletakan dagangan di atas rak-rak atau lemari-lemari kayu berukuran besar dengan kaca dorong.

Dari kawasan perniagaan Pancoran Glodok, bangunan tua bersejarah yang kental dengan pengaruh arsitektur Belanda dan Cina dapat disaksikan di ujung jalan Gajah Mada atau yang dilebih dikenal dengan sebutan Beos.

Di kawasan ini dapat ditemukan perpaduan antara arsitektur Belanda dan Cina pada gedung-gedung tua yang masih tegak berdiri seperti gedung pusat Bank Indonesia kini menjadi museum Bank Mandiri, Toko Merah, jembatan Kota Intan dan bekas Galangan VOC.

Salah satu gedung tua berarsitektur Cina dibuat dari batu bata warna merah sehingga disebut Toko Merah didirikan pada 1730 sebagai tempat kediaman Gubernur Jenderal VOC Baton Van Imhoff. Tiga belas tahun kemudian, bangunan ini menjadi Akademi Angkatan Laut hingga 1755. Setelah itu pemiliknya berganti-ganti dan kini ditempati sebagai kantor PT Dharmaniaga.

Sedangkan Jembatan Intan yang dulu dikenal Jembatan Jungkit. Sesuai dengan namanya, setiap kali kapal besar hendak melintas jembatan ini diangkat dulu. Sayangnya di masa Orde Baru jembatan ini dipugar dan dibuat permanen dan tidak bisa lagi dijungkitkan. Alasannya bisa jadi karena sekarang tak ada lagi kapal besar yang bisa berlabuh.

Kawasan kota tua Jakarta memang layak dijadikan hanya obyek wisata sejarah sebab tidak hanya kaya oleh bangunan-bangunan tua yang kini dijadikan museum tetapi perkampungan tua yang kental dengan nuansa Tionghoa, seperti Kampoeng Kramat Loear Batang, Kampoeng Pekodjan dan Kampoeng Petjinan yang berada di kawasan Tambora, Glodok Jakarta Barat.

Di perkampungan tersebut para pelancong bisa menikmati suasana Jakarta tempo dulu yang dikenal sebagai kota jasa dan niaga karena dekat dengan pelabuhan laut. Selain melihat-lihat pemukiman penduduk yang kental dengan arsitektur Cina, wisatawan di akhir perjalanan juga dapat menikmati wisata kuliner khas Tionghoa baik berupa makanan siap saji maupun bahan-bahan kebutuhan rumah tangga hingga makanan kering impor dari negara tetangga Malaysia, Singapura, Cina dan Thailand yang sejak beberapa tahun belakangan menyerbu kawasan tersebut.

Di kawasan Glodok Pancoran dengan mudah ditemui di sepanjang lorong-lorong pecinan, kios-kios penjual buah-buah segar maupun manisan berbaur dengan kios-kios penjual masakan Cina dan makanan Betawi seperti sup dan telur penyu, bakso, bakpau, siomay, kwetiau, ketupat sayur dan soto Betawi atau bubur kembang tahu yang disiram air gula berbumbu jahe serta minuman teh dingin Oolong tea yang dijajakan di atas gerobak dorong.

Maia Ogah Tanggapi Dhani




Maia Ahmad alias Maia Estianty rupanya sudah merasa jenuh apabila ia dimintai komentar soal berbagai statement yang dilontarkan oleh Dhani. Apapun yang dikatakan Dhani sekarang ini dianggapnya angin lalu.

Fokus utama dia sekarang bagaimana mendapatkan hak asuh anak. Kalau soal cerai sudah terang baginya. Tak ada yang perlu dibicarakan. Cerai adalah harga mati.

"Sebenarnya kalau dia itu sudah tidak mau, bisa pisah secara baik-baik. Fokus saya saat ini adalah hak asuh anak. Soal komentar Dhani, semua saya serahkan kepada pengacara. Aku tak akan menanggapi komentar Dhani," ujar Maia, di kantor pengacara Farhat Abbas di Plaza Basmar, Mampang Prapatan, Selasa (13/5).

Sedikit menyingkap kasus SMS Dhani kepada Elza Syarief beberapa waktu lalu, berawal dari rasa keterpojokan Dhani dalam kasus perceraiannya.

"Saya mendapat kabar kalau Dhani sudah menghubungi Elza, jangan sampai dia terus dipojokkan. Dia takut setelah mendapat tegoran dari guru ngajinya. Dan semoga dia bisa berubah sesuai omongannya sendiri," kata Farhat.

Jadi Dhani dengan sengaja menyebarkan nomer-nomer HP pengacara Maia ke khalayak umum dengan menyebutkan sebagai nomer artis-artis top Indonesia.

"Jadi banyak telepon macam-macam yang masuk. Mereka tahu nomer-nomer tersebut dari manajernya Dhani," ungkap Farhat.